Author: Sanggar Konseling Remaja SMA Pintar
•03.04
Kepengurusan Organisasi SKR SMA PINTAR Periode 2009-2010

Ketua : Wilda Septi Pratiwi (kelas XI IPA 2)
Wakil Ketua : Aprida (kelas XI IPA 2)

Sekretaris 1 : Fellyanti Eka Putri (kelas XI IPA 2)
Sekretaris 2 : Friska Lorenza (kelas X 1)

Bendahara : Asrawati Sartika (kelas XI IPA 1)


Seksi Inventaris : Fahli Revsianto (kelas XI IPA 2)
: Yohan Ade Rino (kelas XI IPA 1)

HUMAS : Jaisman Putra (kelas XI IPA 1)
: Jessy Latni Gusniarta (kelas X.1)

Seksi Kegiatan : Arif Budiman (kelas XI IPA 1)
: Zulfitra (kelas XI IPA 2)
: Nurhayati (kelas XI IPA 2)
: Nurahma Dewi (kelas X.1)
: Abdul Syukur (kelas X.2)

Seksi Dokumentasi dan Promosi : Matius Nugroho (kelas XI IPA 2)
: Nurhamizah (kelas XI IPA 1)
: M. Ari Sandi (kelas XI IPA 2)


Kepengurusan Buletin

Pimpinan Redaksi : Anteng Isnanto (kelas XI IPA 2)
Wakil : M.Ari Sandi

Sekretaris : Fellyanti Eka Putri
Friska Lorenza

Tim Layout : Matius Nugroho
Aisyah Mayang Wulan

Dewan Redaksi : Baihaki Erwanda
Muhammad Ori
Sonya Suhardian
Risky Satria F.N
Tiara Bella .p

Tim Marketing : Jaisman Putra
Nurazlina
Nefi Fitriana
Jessy Latni .G
Yudha Shadeqi

Bagi teman-teman yang ingin ikut berpartisipasi dlm menyalurkan hobi menulisnya, silahkan hubungi dewan redaksi.. Trims..
Author: Sanggar Konseling Remaja SMA Pintar
•21.28
Keeratan, keterbukaan, dan perasaan senasib muncul di antara sesama remaja dapat menjadi peluang bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Disisi lain beberapa karakteristik psikologis remaja, misalnya emosional, labil, juga merupakan tantangan bagi efektifitas layanan terhadap mereka. Pentingnya teman sebaya bagi remaja tampak dalam konformitas remaja terhadap kelompok sebayanya. Konselor sebaya bukanlah konselor profesional atau ahli terapi. Mereka adalah para siswa (remaja) yang memberikan bantuan kepada siswa lain di bawah bimbingan konselor ahli. Dalam konseling sebaya, peran dan kehadiran konselor ahli tetap diperlukan. Dalam model konseling ini terdapat hubungan Triadik antara konselor ahli, konselor teman sebaya dan konseli teman sebaya.
Demikian dikatakan Dr.Suwarjo, dosen Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNY dalam seminar pengembangan ilmu pendidikan di ruang Serbaguna FIP, baru-baru ini. Lebih lanjut, Suwarjo memaparkan bahwa saat seorang remaja mendapatkan sebuah masalah, mereka lebih banyak sharing (curhat) kepada teman sebaya) daripada kepada guru atau orang tua. Hal ini disebabkan karena sesama remaja tahu persis lika-liku masalah itu dan lebih spontan dalam mengadakan kontak.
Masih menurut doktor bidang BK ini, konselor sebaya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial memungkinkan terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal. Kontak-kontak yang demikian memiliki multiplying impact pada berbagai aspek dari remaja lain. Bahkan, dapat menjadi jembatan penghubung antara konselor profesional dengan para siswa (remaja) yang tidak sempat berjumpa dengan konselor.
“Sesuai dengan kemampuannya, konselor sebaya diharapkan mampu menjadi sahabat yang baik. Ia minimal menjadi pendengar aktif bagi teman sebayanya yang membutuhkan perhatian. Selain itu, ia juga mampu menangkap ungkapan pikiran dan emosi di balik ekspresi verbal maupun non verbal, berempatik tulus, dan bila memungkinkan mampu pecahkan masalah sederhana tersebut
Author: Sanggar Konseling Remaja SMA Pintar
•20.50
Menceburkan Diri ke Dalam Lautan Masalah

KATA masalah atau persoalan bagi sekelompok orang merupakan kata yang "menakutkan". Terbayang dalam pikirannya situasi yang tidak menentu yang bisa mengganggu kenyamanan dirinya. Tapi bagi sekelompok yang lainnya, kata masalah disimbolkan sebagai sesuatu peluang di dalam pikirannya, karena dengan datangnya masalah berarti dirinya tengah diuji dengan salah satu bentuk soal yang harus dijawab.
Tingkat kesulitan soal tersebut menentukan grade kita dalam salah satu mata kuliah kehidupan ini. Semakin sulit, maka akan semakin advanced level mentalitas kita dalam hidup ini, sementara bila masalahnya biasa-biasa saja, sama saja dengan siswa SMA mengerjakan soal-soal ujian anak kelas 6 SD, mudah dijawab, tapi tidak memberikan peningkatan kualitas dirinya. Jadi, apa inti masalah dalam sudut pandang orang-orang sukses?

Kita tahu, sebilah pedang atau golok untuk menjadi pedang yang indah dan tajam, awalnya dari sebatang besi yang harus melalui proses pemanasan dalam suhu yang sangat tinggi sampai membara, kemudian dipukul berkali-kali sampai membentuk pedang. Tanpa dipanaskan, tidak mungkin besi batangan akan menjadi pedang yang indah dan tajam.
Demikian halnya peralatan rumah tangga yang dibuat dari kayu jati yang indah, apakah kursi, buffet, mebeul, meja, awalnya adalah kayu gelondongan yang tidak memiliki bentuk. Oleh pengrajin digergaji, dibuang bagian-bagian yang tidak bermanfaat, digosok-gosok dengan ampelas sampai halus, diukir, dirakit menjadi barang rumah tangga yang indah dan mahal harganya. Bahan baku yang bagus, pengolahan yang baik akan menghasilkan kualitas yang bagus dan harganya yang tinggi.
Sementara bahan baku yang kurang baik, pengolahannya asal-asalan, harganya juga bisa-biasa saja.

Cerita di atas bisa juga diterapkan untuk manusia. Bila kita ingin menjadi manusia yang berkualiktas dengan harga tinggi, maka harus berani membayar dengan harga tinggi pula dalam melalui proses "pencetakan" SDM berkualitas. Anggap saja kita ibarat sepotong besi yang belum memiliki bentuk, api yang membara ratusan derajat celcius ibarat beratnya beban persoalan hidup yang menghimpit dan terjadi sehari-hari dan pedang yang bagus adalah mentalitas matang, pantang menyerah dan keterampilan yang tinggi dalam mengelola hidup ini. Dengan demikian, bila ingin menjadi manusia berkualitas maka secara sengaja kita harus menceburkan diri ke dalam lautan persoalan yang lebih banyak –bukan hanya persolan-persoalan kecil yang datang kepada kita—tapi sengaja kita mencari persoalan tadi. Dengan catatan, di tengah banyaknya persoalan tadi kita mengurai benang persoalan satu per satu sampai semuanya tuntas, dan tidak mundur sebelum selesai. Setelah menyelesaikan persoalan yang satu, cari lagi persoalan yang lain yang lebih berat, demikian terus menerus dilakukan tiada henti. Bila mengacu kepada analogi di atas, ketika terus menerus berltih menyelesaikan persoalan maka kita sudah memiliki pedang-pedang yang tajam dalam jumlah banyak, golok, kelewang, celurit atau bahkan senjata lainnya untuk memudahkan jalannya hidup. Bagaimana kalau kita tidak memiliki alat atau senjata sementara kita hidup di tengah hutan belantara? Bisa dibayangkan, kondisinya jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan memiliki senjata yang lengkap.

Senjata dalam hidup memang tidak terlihat seperti pedang. Tapi bisa dibedakan siapa yang memiliki senjata yang lengkap dan siapa yang tidak dalam mengarungi hidup ini ketika benar-benar menghadapi situasi krusial. Senjata-senjata manusia yang harus dimiliki adalah, mentalitas pantang menyerah, ulet, disiplin, kesabaran melalui proses, kejujuran dalam berkata dan bersikap, optimis menghadapi semua kondisi yang terlihat menyenangkan dan tidak menyenangkan. Bila senjata-senjata itu terus dipelihara, dipertajam, dan digunkan setiap saat, maka manfaatnya akan langsung kita rasakan. Sebaliknya, bila senjata-senjata yang dimiliki tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin, bisa jadi akan menjadi karatan, tumpul dan akhirnya menjadi besi biasa yang hanya laku di mata tukang lowak yang berkeliling dari rumah ke rumah yang harganya sangat-sangat murah.

Jadi, untuk apa mengeluh kalau menghadapi persoalan. Lebih baik persoalan tersebut diajak dialog, mengapa persoalan itu datang, apakah manfaat yang menyertai persoalan tersebut dan yang lebih penting lagi bagimana solusi atau cara menyelesiakannya dan sisi positif apa yang menyertai persoalan tadi. Alhasil, bila persoalan dilihat dari sudut pandang yang berbeda, maka akan memunculkan kreatifitas yang cukup tinggi bagi si penemunya. Mungkin Edison tidak akan menemukan lampu pijar listrik kalau ia tidak penasaran melakukan eksperimen, kendaraan tidak akan ditemukan kalau kita merasa puas dengan jalan kaki atau naik kuda, dan lain-lain. Masalah, bagi orang kreatif dan positif thinking adalah peluang. Karena dari sana dituntut untuk menemukan jawaban untuk mengatasinya. Berbeda dengan watak orang pesimis, masalah yang datang bisa menciutkan nyalinya untuk mencoba sesuatu yang lain yang lebih menantang, atau masalah diibaratkan sebagai penghalang untuk mencapi tujunnya.

Berbahagialah kalau dalam kehidupan sehari-hari masih menjumpai masalah. Carilah hikmah di balik sesuatu yang tidak mengenakkan.
Garam akan terasa asin kalau langsung mengunyahnya, tapi akan melezatkan masakan kalau komposisinya tepat oleh juru masak yang lihai. Gula pun bila langsung dimakan akan muncul sakit perut, tapi kalau dituang ke dalam air panas ditambah sedikit teh atau kopi, aromanya akan sangat menggoda. Hidup ini lebih banyak dibutuhkan banyak seni dalam menghadapinya. Tidak cukup hanya mengetahui ilmu hidup. Seni artinya seperti juru masak, satu jenis masakan dibutuhkan garam yang banyak, tapi masakan yang lain hanya butuh sedikit garam.
Bagaimana kita tahu apakah satu masakan butuh lebih banyak garam daripada masakan lainnya? Banyak-banyaklah belajar memasak, nanti Anda tahu sendiri bagaimana menghasilkan masakan yang lezat. Banyak- banyaklah mencoba resep-resep yang ada kalau kita ingin menjadi juru masak handal.

Kita adalah "juru masak" untuk kehidupan kita sendiri. Kalau ingin mahir, maka harus sering latihan mencoba resep-resep kehidupan ini yang pernah dicoba orang lain. Karena belum tentu resep orang lain yang bagus, akan langsung bagus ketika dicoba hanya sekali oleh kita.
Dibutuhkan latihan yang sering, terus menerus sampai resep-resep tersebut terasa enak. Bahkan tanpa disadari, suatu ketika, kita akan menciptakan resep-resep baru, original buatan kita sendiri yang akan diikuti dan dicoba oleh ribuan orang. Bila resep kita terbukti dirasakan enak oleh orang lain, jangan kaget kalau banyak orang mencari kita untuk berguru dan bertanya bagaimana sampai resep tersebut terasa enak.(aas)
Author: Sanggar Konseling Remaja SMA Pintar
•20.48
Kekeliruan Orang Pintar

Ada suatu bentuk sikap dan perilaku manusia yang janggal, yaitu
apabila membuat kekeliruan dan sadar bahwa dirinya keliru, lazimnya
enggan mengakui bahwa dirinya keliru. Salah satu penyebab keengganan
mengaku diri keliru adalah rasa malu dianggap bodoh, padahal pada
kenyataan orang pintar yang paling pintar pun sebenarnya tetap
manusia biasa, yang mustahil sempurna, maka sebenarnya wajar jika
keliru.

Salah seorang tokoh paling pintar di planet bumi ini adalah
Aristoteles. Buah-pikir murid Plato ini sempat dielu-elu sebagai
salah satu landasan peradaban dan kebudayaan intelektual dunia Barat.
Namun, jika kita tidak terbius nama akbar, dan berani jujur meneliti
hasil karsa dan karya pemikiran Aristoteles, terutama di bidang ilmu
hayat dan ilmu alam, bermunculan aneka kekeliruan.

Misalnya filsuf Yunani kuno ini yakin pusat pikiran manusia berada di
jantung, dan berdasar observasi ulat-ulat "mendadak" keluar dari buah-
busuk diyakini makhluk hidup bisa "mendadak" timbul tanpa lewat
proses reproduksi pada "orang-tua". Dalam ilmu fisika, Aristoteles
sempat ngawur menyatakan bahwa gerak benda melayang seperti anak
panah adalah akibat gerak atmosfer, dan benda berat jatuh lebih cepat
ketimbang benda ringan.

Dalam kualitas maupun kuantitas kepintaran, Leonardo da Vinci sulit
dicari tandingannya, namun sempat juga keliru mengklaim kecepatan
benda jatuh terus bertambah sesuai jarak kejatuhannya (yang benar =
waktu kejatuhan). Galileo Galilei semula fanatik mendukung teori
pertambahan kecepatan benda jatuh-nya pelukis Monalisa itu. Namun
setelah meneliti lebih benar, terpaksa Galileo mengoreksi kekeliruan
idolanya!

Orang mahapintar seperti astronom Dyonisius Lardner tidak percaya
kapal uap mampu melintasi Samudera Atlantik, karena beban bahan bakar
terlalu berat untuk diangkut oleh kapal itu sendiri, di samping
kuatir kendaraan yang melaju di atas kecepatan 120 mil per jam, akan
menyebabkan para penumpangnya mati akibat asfiksiasi (kematian karena
kekurangan udara). Ernst Mach, yang namanya diabadikan sebagai
istilah ukuran kecepatan suara hasil temuannya, pasti tidak bodoh,
namun keliru menuduh teori relativitasnya Einstein, bahkan eksistensi
atom, sekadar dogma ilmu fisika yang keliru! Sementara Thomas Alfa
Edison menduga pesawat radio tidak mungkin merakyat.

Akibat prototip komputer semula memang kedodoran, pada tahun 1943,
sang boss IBM, Thomas Watson pesimis memvonis kapasitas konsumsi
pasar dunia maksimal lima unit komputer. Mirip Ken Olson, pimpinan
DEC yang pada tahun 1977 masih yakin mustahil kaum awam membutuhkan
komputer secara pribadi di rumah tangga biasa. Atau tak kurang dari
Bill Gates, CEO Microsoft nan legendaris itu, di tahun 1981 bersabda
bahwa daya memori 640k sudah maksimal bagi setiap pengguna komputer.
Author: Sanggar Konseling Remaja SMA Pintar
•20.00


Pelatihan Konselor Muda ini ditaja oleh Sanggar Konseling Remaja untuk menyahuti kebutuhan remaja terhadap sebuah wadah yang bisa menerima dan mengerti kondisinya sebagai seorang remaja. Masa remaja yang penuh dengan romantika dan problematika menuntut adanya person yang peduli dan mengerti terhadap permasalahan yang dihadapinya. Keterbukaan adalah urat nadinya sebuah konseling, tanpa keterbukaan sebuah permasalahan tiadak akan bisa dibahas sementara keterbukaaan itu kuncinya adalah saling mempercayai dengan memegang asas kerahasiaan. Remaja secara psikologis lebih dekat dan lebih terbuka dengan teman sebayanya ketimbang sama orang tua dan gurunya, oleh karena itu konseling teman sebaya merupakan salah satu alternatif penyelesaian problematika remaja hari ini. Sementara.....apakah semua remaja bisa dijadikan teman curhat oleh temannnya? jawabannya tentu tidak. nah untuk itulah SKR SMA Pintar mengadakan Pelatihan Konselor Muda untuk memberikan keterampilan Konseling kepada anggota SKR dengan harapan anggota SKR yang sudah mengikuti pelatihan ini bisa menjadi konselor muda bagi teman-teman sebayanya. Konselor muda ini adalah sangat membantu guru pembimbing disekolah untuk mengidentifikasi permasalahan siswa. setelah diadakan pelatihan, masing-masing peserta diberikan spesifikasi agar bisa mencari dan memberikan informasi yang dibutuhkan remaja disekolah sesuai dengan bidangnya masing-masing. nah ini dia hasilnya:

Pelindung dan Penasehat : Kepala SMA Pintar

Pembina : Guru Pembimbing/Konselor Sekolah

Pendidik Ahli : Suhelmon, S.Pd.I, MA

Dian Mega Wati, SSi

Jumitra Irawani, S.Pd

Mira Eriance, S.Pd

Konselor Ahli : Rohayati, S.Psi

Mulkismawati, S.Pd.I

Ketua : Bima Mukti Prabowo

Wakil Ketua : Sri Wahyuni

Sekretaris : Aira Minwa Yeinta

Bendahara : Liza Anggraini

Pendidik Sebaya : Wiriyanto Azwir

Yofi Rio Nicha Dewi

Konselor Seksualitas : Resta Tri Uli

Dwi Marita Lidya wati

Konselor HIV : Adika Saputra

Bambang Rewanggi

Indra Gunawan

Konselor Napza : Resi Nurhami

Dahliarti

Konselor Agama : Yardi SM

Rina Sri wahyuni

Tati Haryati

Konselor Belajar : Nur islah agusti

Risti Ripira

Konselor Kepribadian : Endah Julita

Sesti Julianti

Konselor Pacaran dan Perkawinan : Afdhal Ilahi

Wilda Fitriani Usman

Konselor Life Skill : Rizke Wiliyanti

Nurhayati Hasanah

Konselor Kesehatan : Indah Cintia Sari

Dahliarti

Author: Sanggar Konseling Remaja SMA Pintar
•21.15

Ini adalah suasana ketika "tim 9" dari Sanggar Konseling Remaja (SKR) SMA Pintar melakukan musyawarah penentuan nama untuk Buletin SKR. Akhirnya dengan perjuangan panjang dan penuh pertimbangan tim 9 memutuskan nama Buletin tersebut dengan "B ~ STAR". Nama ini adalah usulan dari Vitria Wulandari salah satu anggota tim 9. B ~ STAR mempunyai dua makna, yang pertama : Singkatan dari Buletin SMA PINTAR dan makna yang kedua : jadilah Bintang. Nah keren khan....semoga teman-teman dari sekolah lain juga segera membentuk SKR di sekolahnya biar kita bisa bagi informasi gt lho....


Nah melalui SKR lu semua bisa curhat sama konselor mudanya alias konseling teman sebaya atau lansung kepada kobnselor ahlinya. SKR dan Buletin B ~ STAR ini dibimbing oleh Bunda Mulkismawati. Harapan kita semoga SKR dan Buletin tetap jalan terus walau banyak tantangan yang menghadang.
Author: Sanggar Konseling Remaja SMA Pintar
•22.30

Psikologi Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, bukan masa transisi yang selama ini digaungkan. Karena mereka dicap tengah mengalami kegamangan, akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah dididik dengan baik oleh orangtuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dari yang mereka miliki sebelumnya. Apa akibatnya ? Ada remaja kita yang terjebak dalam arus coba-coba. beberapa remaja putri mencoba berbagai dandanan, make up dan aksesoris yang menyeret mereka pada perilaku konsumtif dan kecenderungan tabarruj, sementara yang putra mulai membolos sekolah dan merokok. Beberapa mencandu narkoba dan bergaul terlalu bebas.
Dalam Islam, masa remaja berarti mulainya masa akil baligh. Keadaan fisik, kognitif (pemikiran) dan psikososial (emosi dan kepribadian) remaja berbeda dengan keadaan pada tahap perkembangan lain. Karena sudah baligh, mereka menanggung kewajiban beribadah wajib. Kewajiban menunaikan ibadah wajib ini ditunjang oleh perubahan raga yang makin menguat dan membesar, sekresi hormon baru, dan perubahan taraf berfikir mereka. Namun kematangan organ internal tubuh mereka tidak serta merta membuat mereka lebih matang perasaan dan pemikirannya.
Secara fisik, remaja mampu melaksanakan puasa dan shalat, maupun perjalanan haji, walaupun umumnya mereka belum memiliki kemandirian untuk membayar sendiri zakatnya. Secara kognitif, remaja mampu memaknai makna yang mendalam dari dua kalimat syahadat. Remaja makin mampu menangkap dan memahami konsep-konsep abstrak yang sebelumnya hanya mereka pahami sebagai pengetahuan satu arah. Mereka mampu memaknai ayat dan hadits-hadits yang mereka pelajari sewaktu kecil, dan mampu menangkap fenomena alam sebagai bukti dari keberadaan 4JJ1.
Proses ini bila tidak ditunjang dengan tuntunan dan bimbingan yang tepat, dapat membuat pencarian mereka atas nilai dan tujuan hidup mereka tidak terpenuhi, atau didapat dari sumber lain yang telah terkorosi oleh hawa nafsu manusia dan disesatkan oleh syaithan. Na’udzubillahi min dzalik.
Bagaimana pementor dapat membantu remaja yang dibinanya ?
Pertama, mereka harus diingatkan pada fitrah keislamannya. Tingkatkan keimanan mereka, Buat mereka nyaman berIslam, bersentuhan langsung dengan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam Islam dan buat mereka patuh akan kewajiban sebagai seorang muslim dengan cara-cara yang baik.
Kedua, bantu remaja untuk mengerti perubahan-perubahan yang dialaminya. Hormon-hormon baru yang mereka miliki menghasilkan dorongan-dorongan fisik yang harus mereka kelola. Mentor dapat membantu mereka untuk menumbuhkan kendali diri (self control) yang Islami. Ajarkan bahwa wudhu dapat menurunkan kemarahan dan meredam emosi, shalat bisa mencegah mereka dari perbuatan keji, dan puasa dapat mematangkan emosi dan menumbuhkan kemandirian mereka. Tumbuhkan Izzah (kebanggaan) mereka sebagai muslim. Dorong mereka untuk menjaga kesehatan, mengapai prestasi, sehingga mereka mampu menjadi qudwah di lingkungannya.
Ketiga, dekatkan mereka pada Al Qur’an. Buat mereka suka berinteraksi dengan Al Qur’an dan terbiasa. Kedekatan remaja dengan Al Qur’an akan menjaga mereka dari pengaruh buruk.
Keempat, tumbuhkan Muraqabah mereka pada 4JJ1. Ingatkan mereka untuk takut pada 4JJ1 dan pengawasannya yang tak pernah henti, tanamkan rasa malu dan ajarkan tentang akhlak tehadap diri sendiri. Mentor dapat lebih membantu dengan memberikan contoh-contoh perilaku yang terpuji yang bisa mereka ikuti
Membahas tentang remaja tidak ada habis -habisnya. Membina remaja tidak ada henti-hentinya. Kita mengharapkan 4JJ1 dapat melapangkan dada-dada mereka untuk mau menerima hidayah yang datang melalui lisan kita, memudahkan usaha kita, mengeratkan hati kita dan mereka, dan semoga, walaupun mungkin lama, 4JJ1 menggabungkan kita dan mereka dalam barisan pengemban risalahNya. Amiin Yaa Rabbal ‘alamin.